PARADE DALANG BOCAH
MENYAMBUT DIES NATALIS KE-46 UNY
Dalang kedua, Putra Laksana Tanjung membawakan lakon Jabang Radya dengan style Yogya. Pakelirannya tampak begitu dramatik dengan kombinasi antara petuah-petuah yang mengalir lancar dan suasana haru/sedih yang menyentuh. Keprakan dalang ini tanpak jelas mencerminkan dalang Yogya yang utuh dengan ciri nisir dan nduduk-nya.
Dalang ketiga, Aan Bagus Saputro. Siswa klas II SMP yang lahir di Wonogiri dan sekarang tinggal di Bokoharjo Prambanan itu membawakan lakon Babad Alas Wanamarta. Dalang ini tampil dengan tenang namun merbawani. Pengolahan sabet sebagai introduksi pakeliran sangat memukau penonton, terlebih lagi suara Aan sudah matang, tidak tampak sebagai suara bocah sehingga saat suluk, lagon dan janturan, dalang ini sudah seperti layaknya dalang dewasa.
Penyaji terakhir, Bayu Praba Prasapa Aji, putra Ki Gandung Jatmika (pengendhang) dan Nyi Sunarni (waranggana) yang saat itu ikut mengiringi pagelaran, menyajikan lakon Narayana Kridha. Meski suaranya masih khas sebagaimana vokal bocah SD, namun penampilan dalang ini tampak memiliki aspek yang sangat lengkap. Janturan bagus, pakem sabetan serta pengembangannya dikuasai dengan baik sehingga wayang terlihat hidup di kelir. Penggambaran karakter wayang tampak sangat jelas, saat marah tampak begitu sereng mencekam, namun saat bercanda, begitu jenaka dan menggelitik. Alur cerita begitu terjaga karena kombinasi antara sabet, kandha/ carita dan gending sangat imbang.
Pada acara penutup, sore itu sertifikat/ penghargaan diserahkan hanya kepada 3 dalang karena Adam Gifari sudah pulang, dan nominasi dalang favorit akan diumumkan pada pagelaran wayang 28 Mei 2010 yang akan menampilkan dalang muda ternama dari Yogya, Ki Seno Nugroho.
[an_Tim PEPADI DIY]