Jumat, 28 Mei 2010


PARADE DALANG BOCAH
MENYAMBUT DIES NATALIS KE-46 UNY



Sleman, 25 Mei 2010

Dalam rangka Dies Natalis ke-46 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang dulu bernama IKIP Negeri Yogyakarta, panitia bekerjasama dengan PEPADI Provinsi DIY menampilkan 4 dalang bocah di Pendapa Food Court UNY pada hari Selasa, 25 Mei 2010 mulai jam 10.00 hingga 16.30.





Untuk mengawali pagelaran, sedianya Rektor UNY Dr. Rochmad Wahab, MA., M.Pd. akan menyerahkan tokoh wayang kepada ke-4 dalang, namun Bayu Praba Prasapa Aji yang masih duduk di kelas VI SD terpaksa tidak bisa mengikuti acara simbolis itu karena sedang mengikuti THB.
Tampil pertama pada parade itu, Adam Gifari, putra dari raja dangdut Rhoma Irama yang tinggal di Solo. Dalang bocah berwajah ganteng itu membawakan lakon Sena Bumbu dalam gaya Solo dengan penguasaan gending, sabet dan wicara yang memukau, bahkan saat improvisasi-pun tampak begitu komunikatip.






Dalang kedua, Putra Laksana Tanjung membawakan lakon Jabang Radya dengan style Yogya. Pakelirannya tampak begitu dramatik dengan kombinasi antara petuah-petuah yang mengalir lancar dan suasana haru/sedih yang menyentuh. Keprakan dalang ini tanpak jelas mencerminkan dalang Yogya yang utuh dengan ciri nisir dan nduduk-nya.






Dalang ketiga, Aan Bagus Saputro. Siswa klas II SMP yang lahir di Wonogiri dan sekarang tinggal di Bokoharjo Prambanan itu membawakan lakon Babad Alas Wanamarta. Dalang ini tampil dengan tenang namun merbawani. Pengolahan sabet sebagai introduksi pakeliran sangat memukau penonton, terlebih lagi suara Aan sudah matang, tidak tampak sebagai suara bocah sehingga saat suluk, lagon dan janturan, dalang ini sudah seperti layaknya dalang dewasa.



Penyaji terakhir, Bayu Praba Prasapa Aji, putra Ki Gandung Jatmika (pengendhang) dan Nyi Sunarni (waranggana) yang saat itu ikut mengiringi pagelaran, menyajikan lakon Narayana Kridha. Meski suaranya masih khas sebagaimana vokal bocah SD, namun penampilan dalang ini tampak memiliki aspek yang sangat lengkap. Janturan bagus, pakem sabetan serta pengembangannya dikuasai dengan baik sehingga wayang terlihat hidup di kelir. Penggambaran karakter wayang tampak sangat jelas, saat marah tampak begitu sereng mencekam, namun saat bercanda, begitu jenaka dan menggelitik. Alur cerita begitu terjaga karena kombinasi antara sabet, kandha/ carita dan gending sangat imbang.

Pada acara penutup, sore itu sertifikat/ penghargaan diserahkan hanya kepada 3 dalang karena Adam Gifari sudah pulang, dan nominasi dalang favorit akan diumumkan pada pagelaran wayang 28 Mei 2010 yang akan menampilkan dalang muda ternama dari Yogya, Ki Seno Nugroho.





















[an_Tim PEPADI DIY]

Sabtu, 22 Mei 2010

PENGURUS PEPADI KABUPATEN SLEMAN DILANTIK WAKIL BUPATI
Sleman, 15 Januari 2010
Setelah melalui proses cukup lama akhirnya pelantikan pengurus PEPADI kabupaten Sleman yang ditunggu-tunggu masyarakat seniman pedalangan dapat dilaksanakan di panggung terbuka lapangan Tirtoadi Mlati Sleman, Jum'at 15 Januari 2010. Pada acara yang dimulai jam 20.00 itu semua pengurus yang akan dilantik, siap dengan mengenakan ageman kejawen lengkap sebagai tanda kesiapannya untuk mengemban amanah demi berkembangnya pedalangan Sleman.

Dalam laporannya, selain mengucapkan terimakasih Wakil Bupati (Drs. H. Sri Purnomo, M.Si.), Pimpinan OM. Lathansa (H. Sunaryo, Godean) dan Radio Konco Tani (Dukuh, Godean), Ketua Panitia Drs. Bambang Purnomo juga menyampaikan bahwa selama ini PEPADI Sleman tidak aktif. Namun demikian, sebagaimana tidurnya Kumbakarna, PEPADI Sleman tetap mempunyai prestasi yang membanggakan di tingkat DIY dan nasional. Prestasi itu antara lain: Ki Utoro Wijayanto menjadi penyaji terbaik pada Festifal Pedalangan gagrag Yogyakarta tingkat provinsi DIY 2007, Ki Sutikno menjadi penyaji terbaik dan penata gending terbaik pada Festifal Dalang Nasional 2008 di Yogyakarta, dan Bayu Prasapa Aji masuk nominasi 5 besar Festival Dalang Bocah Nasional 2009 di Jakarta dan menerima trofi Wakil Presiden dan uang 10 juta Rupiah.

Dilain pihak, Ki Edi Indartono (Ketua PEPADI Provinsi DIY dan mantan Ketua PEPADI Komisariat Daerah Kabupaten Sleman) mengakui bahwa penyebab jeblog-nya PEPADI Sleman adalah oleh kesalahan dirinya. Namun, sebagai orgaisasi sebenarnya kesalahan itu bukan semata-mata karena dirinya karena Ki Edi Indartono berpijak pada Peraturan Menteri Dalam Negeri, No.39 tahun 2007.

Setelah pembacaan SK oleh ketua PEPADI Provinsi DIY, kepengurusan PEPADI Kabupaten Sleman periode 2010-2015 dikukuhkan oleh Wakil Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si.dilanjutkan penyerahan SK kepada Ketua PEPADI Kabupaten Sleman yang baru, Drs. Bambang Purnomo (KRT. Condro Purnomo).

Dalam sambutan bahasa Jawa yang fasih, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si. berharap semua pengurus dapat mengangkat pedalangan dan pewayangan supaya dapat lebih gumregah dalam rangka membentengi budaya masyarakat dari pengaruh luar. Diharapkan juga agar wayang bisa lebih diminati tidak hanya oleh golongan tua, tapi juga untuk kaum muda. Tiga hal yang harus diperhatikan pengurus agar wayang tetap diminati masyarakat: 1. Harus ada program yang disusun secara pragmatis, komprehensif dan inovatif. 2. Ada daya kreatip, mampu menciptakan yang baru namun tetap berpedoman pakem agar tetap mempunyai pesan moral. 3. Masyarakat harus makin cerdas dalam hal intelektual maupun spiritual.

Setelah acara ramah-tamah yang diiringi tari "Golek Ayun-Ayun" oleh tiga penari cantik, acara dilanjutkan dengan pagelaran wayang 3 kelir, di sebelah kiri: Wayang Kulit oleh Ki ... dari Sleman Barat, tengah: Wayang Golek oleh Ki Juwahir dari Sleman Timur, dan sebelah kanan; Wayang Kulit oleh Ki Utoro Wijayanto dari Sleman Tengah. Pagelaran wayang dengan cerita Sesaji Raja Suya yang menghadirkan waranggana Nyi Sunyahni itu didahului penyerahan tokoh wayang oleh Wakil Bupati Sleman, Kabid Kesenian (dinas Budpar) Sleman dan Ketua PEPADI DIY.

[an_Tim PEPADI DIY]